Jumat, 08 Oktober 2010

Berkaca dari bencana


JAKARTA - Institut Hijau Indonesia (IHI) memprediksikan bencana di tanah Papua Barat akan terus terjadi, jika perusahaan pemilik izin pengolahan, terus mengeksploitasi kekayaan hutan.

Ketua IHI Chalid Muhammad, saat jumpa wartawan di kantor IHI, Jalan Kompleks Bumi Asri Liga Mas, Perdatam, Jakarta Selatan mengatakan bencana Wasior masuk dalam kategori bencana ekologis.

“Faktor penyebab deforestasi ada kegiatan pertambangan mineral, batu bara, minyak dan gas yang berlangsung beberapa tahun terakhir. Ini membuat pergerakan tanah di Papua semakin cepat,” jelas Chalid, Jumat (8/10/2010).

Dia melanjutkan Wasior merupakan Ibu Kota Teluk Wondama yang dibangun di dataran rendah. Sebagian wilayahnya rawa dan kebun sagu yang telah dialihfungsikan.

“Di bagian hulu Wasior terdapat eksploitasi hutan baik oleh pemegang penguasaan hutan maupun kegiatanillegal logging,” terangnya.

Dalam catatan IHI, pemerintah pusat sudah memberikan izin pengolahan hutan terhadap 20 perusahaan dengan luas wilayah mencapai 3.568.080 hektare di Papua Barat.

Sebanyak 16 Perusahaan tambang mineral dan batu bara mengantongi izin untuk eksplorasi dan eksploitasi seluas 2.701.283 hektare, sedangkan 13 pertambangan migas mendapat izin konsesi 7.164.417 hektare, dan perusahaan perkebunan mendapat konsesi seluas 219.021 hektare.

Sementara itu, aktivis Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) M Islah mengatakan, konflik sosial dan bencana alam di Wasior akibat dari kebijakan terhadap hutan sejak 10 tahun lalu dan yang menjadi korban adalah masyarakat yang tinggal di sekitarnya.

Islah menyayangkan adanya konservasi hutan di suatu wilayah di Papua, namun di lokasi lain juga dieksploitasi. “Di Papua ada konservasi hutan, tapi percuma jika wilayah lainnya terjadi eksploitasi,” katanya.

Data Palang Merah Indonesia (PMI) hingga Jumat (8/10/2010) pagi, korban tewas akibat banjir Wasior sejak 4 Oktober lalu, mencapai 95 orang. Sebanyak 117 orang lainnya masih dinyatakan hilang. Petugas PMI dan petugas terkait lainnya juga menangani 1.061 korban luka di berbagai pengungsian dan rumah sakit. 



Sudahkah kita mengambil pelajaran dari berbagai bencana yang melanda bangsa ini? Hal yang sama bisa akan sangat sering terulang jika kita tidak bijaksana dalam mengelola kekayaan alam ini, malah akan menjadi bencana yang menelan koban jiwa. Mari kita jadikan ini sebagai renungan bersama dan lebih bersikap arif. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar